Ketidakharmonisan Dalam Keluarga


KETIDAKHARMONISAN DALAM KELUARGA

Kenakalan remaja yang terjadi di berbagai kota di Indonesia semakin marak. Berbagai kasus kenakalan seperti tawuran pelajar hingga pembunuhan oleh anak usia remaja dinilai salah satunya disebabkan oleh ketidakharmonisan keluarga. Bahkan banyak ditemukan ketidakharmonisan keluarga, anak-anak teraniaya, istri disakiti, suami depresi, perselingkuhan, remaja pengguna narkoba, pergaulan seks bebas, perceraian, dan sebagainya. Walau kini telah berkembang teori tentang kepemimpinan dan cara menjadi orangtua yang baik telah banyak dibukukan juga diseminarkan. Bahkan, kini banyak pelatihan menjadi orangtua efektif, orangtua cerdas, orangtua shalih dan sebagainya tapi hal seperti itu masih saja banyak terjadi.


BAB I
Pendahuluan

1.1  Latar Belakang
Ada apa gerangan hingga saat ini masih banyak terjadi kekerasan dalam rumah tangga, istri yang tersakit, suami ataupun istri yang berselingkuh atau bahkan seks bebas diantara generasi muda? Sebenarnya hal ini lebih merupakan puncak gunung dari krisis keberanian (courage) ketimbang krisis ‘teori atau metode’ tentang keluarga sakinah, mawahdah, wa rahmah. Keberanian untuk mewujudkan pengetahuan tersebut dalam bentuk nyata (actual performance) itulah yang kurang. Keberanian harus didukung oleh konsekuensi tingkat kesadaran (consciousness) seseorang.

1.2  Identifikasi Masalah
Berdasarkan masalah diatas dapat diambil beberapa masalah yang terjadi sekarang ini, diantaranya adalah :
1.      Apakah jika terus menerus masalah ini dibiarkan akan berdampak buruk pada negara ini?
2.      Bagaimana sebaiknya sikap orang tua kepada anaknya itu?


BAB II
Pembahasan

Ketidakharmonisan keluarga, maupun anak merasa tidak disayang atau tidak dihargai bahkan tidak dihiraukan ataupun merasa tersisih dalam rumah, serta seringnya terjadi konflik antar anak dan orang tua maupun suami dan istri, merupakan salah satu faktor penyebab anak menggunakan Narkoba, terjadinya perselingkuhan, kekerasan dalam rumah tangga, tawuran atau bahkan seks bebas diantara remaja.
Di sinilah pentingnya kemampuan memimpin diri sendiri sebagai orangtua. Intinya dalah kemampuan diri dalam mengendalikan hawa nafsu. Pimpinlah nafsu diri sendiri, atau nafsu itu yang akan memimpin keseluruhan hidup kita! Orangtua harus mampu menegakkan disiplin atas diri sendiri sebelum menerapkannya pada anggota keluarga. Maka, perlu kiranya orangtua belajar pengenalan diri yang lebih tinggi sehingga tidak lagi bersikap reaktif namun menjadi proaktif dan kreatif.
Ada enam sifat yang harus dimiliki oleh orangtua (menurut Warren Bennis) yaitu visioner; berkemauan kuat; integritas; amanah; rasa ingin tahu; dan berani.

1. Sifat Visioner adalah orangtua mempunyai ide yang jelas tentang apa yang keluarga inginkan -baik masing-masing pribadi maupun bersama- dan memiliki kekuatan untuk bertahan ketika mengalami kemunduran atau kegagalan.

2. Sidat Berkemauan kuat adalah orangtua mencintai apa yang dikerjakan dan kesungguhan yang luar biasa dalam menjalani hidup, dikombinasikan dengan kesungguhan dalam bekerja menjalani profesi (berkarya di luar rumah).

3. Sifat Integritas adalah orangtua tahu kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, namun tetap teguh memegang prinsip dan belajar dari pengalaman bagaimana belajar dari dan bekerjasama dengan sesama anggota keluarga.

4. Sifat Amanah adalah orangtua memperoleh kepercayaan dari anggota keluarga.

5. Sifat Rasa ingin tahu adalah orangtua ingin selalu belajar sebanyak mungkin agar tahu segala hal yang berguna bagi keluarga.

6. Sifat Berani adalah orangtua berani mengambil resiko, bereksperimen, dan mencoba hal-hal baru.


BAB II
Kesimpulan dan Saran

Dari kasus kasus yang terjadi dapat disimpulkan bahwa penyebab utama terjadinya kasus kasus tersebut adalah masih tingginya rasa egois diantara keluarga, masih belum bisa mengendalikan hawa nafsu. Baik itu seorang ayah yang keras dalam memimpin keluarga, atau ibu yang terlalu baik sehingga membuat anaknya menjadi sangat manja sehingga anak tersebut tidak bisa menjadi seorang anak yang mandiri yang tidak mudah terpengaruh oleh pergaulan bebas atau bahkan anak yang tidak menyadari kepedulian orang tuanya. Dia hanya menganggap kedua orang tuanya itu tidak menyayanginya karena terus memarahi, menasehati dan tidak semua keinginan dia di turuti. Padahal itu adalah bentuk kasih sayang kedua orang tua kepada anaknya, karena mereka lahir lebih dulu yang sudah pasti sudah mengalami hal yang baik ataupun yang buruk bagi kita sehingga mereka tidak ingin kita merasakan hal buruk tersebut.
            Jika ketidakharmonisan ini terus terjadi, atau bahkan menjadi lebih banyak keluarga yang kehidupannya tidak harmonis. Tidak dapat dipungkiri hal ini akan berdampak buruk bagi negara. Karena selain moral sosial yang rusak, juga hal ini juga akan berdampak pada kehidupan bernegara ini. Bagaimana jiga negara luar melihat kehidupan sosial dinegara ini dengan masyarakatnya yang moral sosialnya sudah rusak, hal itu akan berdampak kesemua aspek.
            Sebagai saran saya sebagai seorang remaja, kita jangan lah menganggap omelan dan juga nasehat kedua orang tua kita itu sebagai gangguan atau mereka tidak sayang terhadap kita. Justru itu adalah cara mereka untuk melindungi kita dari hal hal yang tidak baik dan dapat merusak hidup kita.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar